Tema : 4 (Jenis-Jenis Pekerjaan )
Subtema : 2 (Berbagai Pekerjaan)
Pembelajaran : 5 dan 6
Alat Peraga : Gambar
Kompetensi Dasar : IPS 3.4 dan 4.4 SBDP 3.2 dan 4.2 BI 3.7 dan 4.7 PPKN 3.1 dan 4.3
Tujuan Pembelajaran :
1.Peserta didik mampu menjelaskan berbagai pekerjaan dan kegiatan ekonomi di lingkungan sekitar dengan tepat.
2.Peserta didik mampu memberikan apresiasi terhadap gambar tersebut dengan percaya diri.
3. Peserta didik mampu menilai unsur cerita berdasarkan pendapat pribadi dengan tepat.
4.Peserta didik mampu membedakan sikap yang baik dan sikap tidak baik terkait nilai -nilai yang terkandung dalam pancasila dengan baik,
Selamat pagi anak sholeh dan sholeha? Apa kabar hari ini?
Semoga kalian selalu menjaga kesehatan dan rajin berolahraga ya nak agar tubuh kita sehat dan tidak mudah terserang penyakit serta semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT Aamiin ya rabbal alamin
Baiklah sebelum kita melanjutkan materi pembelajaran hari ini, jangan lupa untuk anak-anak melaksanakan sholat dhuha, murojaah pagi dan mendengarkan tausyiah serta tak lupa untuk melaksanakan sholat 5 waktunya ya nak 💪
Taman Bermain yang Hilang
Malam hari merupakan malam yang ditunggu oleh Kupi, kepiting kecil. Ia menikmati saat-saat berjalan pelahan di gundukan pasir bersama ayahnya. Mereka menanti datangnya air pasang, yang akan membawa mereka ke dunia yang berbeda. Ya, Kupi selalu menanti saat-saat mereka terempas oleh air pasang, lalu tiba di hutan bakau. Nanti di sana ia pasti akan bertemu dengan teman-teman kecilnya yang lain. Upi si udang kecil, Kuro si kura-kura, dan teman-teman yang lebih besar seperti Bangau Cilik dan Momo si monyet. Di antara akar bakau mereka bisa bermain kejarkejaran, petak umpet, atau tidur di sela akar yang melintang. Seru sekali saat-saat itu.
Adakalanya mereka berpisah, terbawa oleh pasang surut, kembali ke laut bebas. Namun, suatu hari mereka bertemu lagi dan bermain bersama lagi. Suasana di hutan bakau tentu berbeda dengan suasana di laut lepas. Airnya pun berbeda. Tidak asin seperti air laut, tetapi tidak juga tawar. Kupi tidak tahu apa namanya. Berbeda, tetapi Kupi dan teman-teman tetap bisa bermain dengan nyaman.Malam itu, di pesisir pantai, Kupi bertanya pada ayahnya.
“Ayah, mengapa kita tidak lagi pernah bisa bertemu dengan Bangau Putih, teman ayah? Aku juga sudah rindu bertemu dengan sahabat-sahabat kecilku. Aku sudah lama sekali tidak bertemu dengan Upi, Kuro, Bangau Cilik, dan Momo. Mengapa sekarang susah sekali kita bertemu dengan mereka ya?”Sambil berjalan pelan di gundukan pasir, ayah Kupi menjelaskan pelahan.
“Kupi, sayang sekali hutan bakau tempatmu bermain sudah rusak. Ayah dengar dari Paman Nelayan, manusia di pesisir pantai sana ingin membuat bangunan-bangunan yang tinggi menjulang. Mereka butuh lahan yang luas. Mereka menebang habis hutan bakau. Mereka membangun gedung tinggi menjulang ke langit di atas taman bermainmu itu.” Ayah menjelaskan pelahan. Sesungguhnya ia tidak ingin Kupi sedih, tetapi bagaimana lagi? Ayah tidak ingin Kupi terus menanti tanpa kepastian.Kupi tertunduk sedih. Pupus sudah harapannya bertemu lagi dengan sahabat- sahabat kecilnya.“Mengapa manusia begitu jahat, Ayah? Mengapa manusia tidak memikirkan kita, makhluk kecil di pesisir pantai? Mengapa manusia hanya memikirkan dirinya sendiri?” Kupi meratap pelan, namun penuh amarah.
Ayah ingin menenangkan hati Kupi. Ia menambahkan, “Sebenarnya, ketika hutan bakau tempatmu bermain ditebang, manusia pun menerima akibat buruknya, Kupi. Air laut akan semakin mudah mencapai daratan. Tidak ada lagi pohon bakau yang menahan. Lama-kelamaan, air tanah di sekitar pantai akan menjadi air asin. Manusia ‘kan tidak bisa minum air asin, Kupi.” Ayah berusaha menjelaskan panjang lebar.
Ayah kemudian menambahkan. “Dengan rusaknya pantai akibat penebangan bakau, kegiatan manusia pun menjadi terganggu. Sekarang wisatawan yang berkunjung ke pantai ini semakin berkurang. Para pedagang yang dulu berjualan di sekitar sini tidak ada lagi. Pemandu wisata yang biasa menjelaskan tentang keindahan pantai dan hijaunya bakau pun sudah jarang terlihat. Nelayan yang biasa menjual hasil tangkapan mereka pun tinggal sedikit.”
Kupi tidak terhibur oleh penjelasan ayah. Pikirnya, biarkan saja manusia menerima akibat dari perbuatannya sendiri. Manusia memang sering tidak bijak. Kupi hanya ingin berdoa semoga suatu saat nanti hutan bakau akan kembali. Semoga suatu saat nanti ada lagi taman tempatnya bermain. Semoga suatu saat nanti ia masih bisa bertemu dengan sahabat-sahabat kecilnya. Kupi hanya bisa berdoa, semoga kelak manusia bisa bertindak lebih bijaksana. Semoga!
1. Siapa yang tinggal di dalam hutan bakau?
Pembahasan:
Yang tinggal di hutan bakau Upi si udang kecil, Kuro si kura-kura, Bangau Cilik dan Momo si monyet.
2. Apa yang biasa dilakukan Kupi dengan ayahnya?
Pembahasan:
Kupi dan ayahnya berjalan di pesisir pantai dan menanti datangnya air pasang yang membawa mereka ke hutan bakau.
3. Mengapa Kupi sedih dan marah?
Pembahasan:
Kupi sedih dan marah karena mengetahui hutan bakau tempatnya bermain sudah rusak karena oleh ulah manusia sehingga Kupi tidak dapat bertemu dengan sahabat kecilnya seperti Upi, Kuro, Bangau Cilik, dan Momo.
4. Gambarlah salah satu tokoh yang ada pada cerita tersebut!
Pembahasan:
5. Tulislah pendapatmu tentang tokoh tersebut!
Pembahasan:
Kupi merupakan kepiting kecil yang suka berteman dan penyayang. Dia memiliki banyak teman di hutan bakau. Dia menyayangi teman-teman dan hutan bakau, sehingga sangat marah ketika mengetahui hutan bakau dirusak oleh manusia.
PPKN
Assalamualaikum
BalasHapusEto Anesta
Hadir
Rifat Fadhil Al-Azzam
BalasHapusHadir bu Lela ☝🙏
Lulu Humairah
BalasHapusHadir Bu guru 🙏
Zahra Kalonica Aretha Antonny hadir bu
BalasHapusFachry Aditya Putra
BalasHapusHadir
Rachel moza anindya
BalasHapusHadir bu
Alifa Ayu Rahmadhiya
BalasHapusHadir bu
M. Gibran Wira Al Ra'id
BalasHapusHadir bu
Fatimah Zahira Alviansa
BalasHapusNo absen 11 hadir bu
Damara Qiano Bulfiah hadir bu
BalasHapusSalsabila Farahani Herman
BalasHapusKelas 4D
Hadir bu
Ukasyah Assyathir kls 4D
BalasHapusHadir